Skip to content
Home » Informasi » Mewakafkan Keikhlasan Membangun ISBI Aceh

Mewakafkan Keikhlasan Membangun ISBI Aceh

  • by

ASRINALDI, M.Sn., Kepala Laboratorium Desain Komunikasi Visual ISBI Aceh, melaporkan dari Kota Jantho, Aceh Besar

Suatu malam, selepas menghadiri acara penutupan pameran “Tajampu“ Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Seni Budaya Indonesia (Prodi DKV ISBI) Aceh, saya duduk merenung di teras belakang rumah. Pelan-pelan terdengar lantunan Surah Al-Ikhlas dari MP3 player yang kami gunakan sebagai pengantar tidur si kecil. Kemudian saya teringat pada diri sendiri, apakah keikhlasan itu benar-benar ada?

Sebuah renungan yang membuat saya kembali merefleksi diri di malam itu. Kembali teringat mahasiswa kampus yang sebelumnya saya temui. Mulai muncul pemikiran, apakah selama ini keikhlasan itu hadir dalam mendidik mahasiswa serta membangun dan memajukan Kampus ISBI tercinta ini atau hanya sekadar datang, lalu pulang dan mengharapkan gaji di awal bulan?

Jika jawabanya ada pada “hanya mengharapkan gaji dan bekerja semampunya”, rasa-rasanya saya begitu dangkal untuk hadir di tengah-tengah kampus seni negeri yang berada di Kota Jantho ini.

Jika dilihat pada hakikatnya, sebuah pekerjaan adalah ibadah, terutama bagi pemeluk muslim. Keikhlasan dalam ibadah ibarat roh yang ada pada jasad yang wajib hadir agar jasad tersebut dapat hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya. Ia adalah dasar yang harus didorong dalam melakukan segala aktivitas. Bekerja dengan ikhlas memberikan banyak keuntungan, seperti kebesaran hati, tidak cepat mengeluh, tetap semangat, dan ceria, serta mampu berdamai dengan keadaan dan energi yang positif.

Namun, berbicara ikhlas, tentunya tidak semudah ketikan kalimat ini. Ada banyak hal yang harus dikorbankan, terlebih untuk membangun Kampus ISBI Aceh. Kita harus rela mengorbankan waktu, tenaga, emosi, dan pikiran yang lebih secara bersama-sama agar cita-cita luhur kampus dapat terwujud.

Oktober tahun lalu, Kampus ISBI Aceh memasuki usia sewindu dan sebentar lagi akan memasuki usia sembilan tahun. Dalam rentang tahun tersebut, kita telah melihat banyak contoh semangat keikhlasan yang tumbuh dari segenap civitas akademika  kampus yang berakreditasi “Baik” ini.

Pada awal tahun 2023, ISBI Aceh melaksanakan seminar, workshop, dan sosialisasi ke berbagai daerah di Aceh. Hal ini dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Aceh yang kaya kepada generasi muda yang menjadi ujung tombak pelestari kebudayaan Aceh. Hal ini dilakukan mengingat gentingnya kondisi kebudayaan daerah saat ini yang mulai terkikis dari nilai-nilai kehidupan dan bermasyarakat, baik dalam bidang kesenian, sastra, dan nilai moral yang menjadi ciri khas kehidupan bermasyarakat, terkhusus di Aceh.

Dapat terlihat, bagaimana peran ISBI Aceh untuk kembali membangun kesenian dan kebudayaan  di tengah-tengah masyarakat. Hal itu tentunya didorong oleh rasa ikhlas yang besar. Peran keikhlasan tidak hanya berdampak kepada kualitas diri seseorang, tetapi juga menjadi pelecut kekompakan yang menjadi penguat persatuan. Tidak hanya antarcivitas akademika kampus, tetapi juga antara kampus dan masyarakat.  Keikhlasan mampu menghadirkan rasa cinta yang begitu dalam dan menular pada tiap-tiap sesuatu yang berada di dekatnya. ISBI Aceh telah mampu membentuk kecintaan masyarakat, khususnya generasi muda dalam mencintai kebudayaan daerah mereka. Jika boleh dikatakan, berada  di lingkungan ISBI Aceh, baik sebagai mahasiswa, tenaga pendidik, dosen, staf, dan lainnya, maka sudah pasti cinta dengan kebudayaan Aceh.

Beberapa bulan lalu, bentuk sebagai bentuk cinta dan perhatian ISBI Aceh terhadap kebudayaan daerah, kampus ini telah secara sah melahirkan dua prodi baru, yaitu Prodi Bahasa Aceh dan Prodi Kajian Satra Budaya. Alhamdulillah, pada 31 Mei 2023, kampus kesenian negeri satu-satunya di Aceh ini kembali melahirkan Prodi Desain Interior. Tentunya ini adalah buah dari keikhlasan yang telah disumbangkan secara bersama-sama. Hal inilah yang kembali membawa kesadaran kepada kita, bahwasanya nilai positif ini harus tetap kita lakoni dan terus-menerus kita bawa dalam setiap langkah kehidupan.

Bekerja dengan ikhlas bukan berarti kita tidak memerlukan manfaat dari pekerjaan yang kita lakukan ataupun “nrimo” dengan keadaan dan kondisi yang dialami.  Pengertian yang tepat adalah bekerja dengan sungguh-sungguh dibarengi dengan niat hati yang tulus kepada Sang Pencipta untuk mencapai hasil yang terbaik. Jika hasilnya baik, maka kita harusnya lebih bersyukur. Sebaliknya, kita akan berupaya lebih baik lagi ke depannya agar apa yang kita cita-citakan dapat dikabulkan. Keikhlasan mampu melapangkan jalan yang akan kita lalui dalam mencapai tujuan karena menjadikan kita optimis dan fokus dalam bekerja. Buah dari keikhlasan yang konsisten, tidak serta-merta hadir dalam bentuk materi, dan belum tentu juga akan kita petik hari ini. Berkahnya akan mengalir sebagai pahala di sisi Sang Pencipta dan kebermanfaatan atas apa yang kita lakukan, dapat dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat. Tentunya hal ini akan menumbuhkan ketenteraman hati di dalam kehidupan.

Ada pepatah yang mengatakan, “Belajarlah keikhlasan dari akar pohon. Letaknya tersembunyi di dalam tanah, tidak semua orang peduli dan mengaguminya. Meski demikian, akar pohon tetap berjuang menghidupi batang, dahan, ranting, dan daun di atasnya.”

Sama seperti Surah Al-Ikhlas yang tidak ada kata ikhlas di dalamnya, tak terlihat, tetapi menjadi hakikat.

Jika melihat perjalanan civitas akademika dalam membangun ISBI, tentunya tidak mulus serta banyak rintangan dan beban berat yang dilalui. Ada banyak ketidaksukaan, dan pertentangan gagasan yang terjadi. Namun, tentunya hal ini biasa terjadi dalam perjalanan kehidupan. Seperti yang disampaikan oleh Rektor ISBI Aceh, Dr Wildan MPd pada pidatonya dalam acara pelantikan para pejabat di lingkungan ISBI Aceh beberapa waktu lalu bahwa upaya yang dilakukan dalam membangun ISBI tentunya tidak dapat menyenangkan semua pihak. Akan tetapi, hal tersebut menjadi lecutan untuk terus berupaya menjadikan ISBI Aceh semakin terdepan dalam dunia pendidikan seni dan budaya. Tentunya tidak hanya di Aceh, tetapi juga di Indonesia.

Jika keikhlasan sudah tertanam di dalam hati, maka kita akan selalu punya cara untuk melalui segala hambatan untuk membantu orang-orang di sekitar, masyarakat, bangsa, dan negara, bahkan terhadap orang yang berseberangan dalam pemikiran dan ideologi. Dengan keihlasan, kita siap bekerja dengan siapa pun, bahkan orang yang paling sulit sekalipun. Dengannya kita menjadi sumber kemuliaan yang menginspirasi banyak orang. Seorang pekerja yang ikhlas ibarat lautan yang siap menerima apa pun yang dikirimkan kepadanya. Lautan mampu menampung semua aliran sungai, baik yang jernih,  keruh, bahkan sampah. Laut tetap membuatnya jernih kembali. Malam itu, jujur, muncul pertanyaan di hati saya sebagai salah salah pendidik di ISBI Aceh: Sudah ikhlaskan kita dalam bekerja?

(*)

Jln. Transmigrasi, Gampong Bukit Meusara, Kec. Kota Jantho, Kab. Aceh Besar, 23911,, Aceh, Indonesia

Rektorat ISBI Aceh
Email : [email protected]
Telepon : +62 811-6891-581 (Call Center)
Fax : 0651-92023

Isi survei performa situs web

© 2022 Institut Seni Budaya Indonesia Aceh – Webmaster All Rights Reserved – Privacy and Copyright