Skip to content
Home » Informasi » TARI MEUSARE-SARE

TARI MEUSARE-SARE

  • by

Fungsi Tari :
Tontonan/hiburan rakyat

Jumlah Penari : Kelompok
18 orang penari

Lokasi
Banda Aceh

Tahun
1958

Pencipta
Yuslizar

Unsur Penyajian Tari

Penari : Penari terdiri dari 8 penari laki-laki dan 8 penari perempuan

Musik : Mengunakan alat musik serune kale, gendering, rapa’i, dan lantunan vokal

Kostum : Laki-laki : baju lengan panjang warna hitam, celana panjang hitam, serta topi laut, yaitu topi yang terbuat dari rotan atau bambu yang dicat hitam. Ia juga membawa keranjang sebagai tempat ikan. Perempuan : Selendang berwarna cerah, misalnya kuning keemasan dan berbagai warna cerah lainnya. Baju lengan panjang berwarna kuning, bisa kuning keemasan atau kemerehan. Celana panjang warna hitam, baju berlengan panjang, dan kain sarung yang dililitkan di pinggang dengan posisi agak miring

Properti : Seutas Tali untuk membentuk sebuah jala

Pentas : Arena

Ket : –

Deskripsi Singkat Tari

Tari Meusaree-saree digubah oleh Yulizar pada tahun 1958. Awalnya tarian ini diciptakan dalam rangka memeriahkan Kongres Pemuda tahun 1958 di Bandung. Pada awal penciptaannya tari ini diiringi oleh musik orkes atau band dari URRIL KODAM I. Namun pada sekitar tahun 1975 ditukar dengan serune kale, gendering, rapai, dan vocal. Tarian ini digolongkan sebagai tarian hiburan atau pertunjukan. Dapat pula ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian. Pertunjukan berdurasi kurang lebih selama 10 menit yang ditarikan oleh 18 penari berumur 17-24 tahun laki-laki dan perempuan. Dibandingkan dengan tari saman dan tari ranup lampuan tarian ini kurang begitu popular.

Secara etimologis, pengertian meusaree-saree adalah “bersama-sama atau bergotong royong melaksanakan  suatu pekerjaan. Nama tarian sesuai dengan gerakan para penari yang menggambarkan orang sedang bekerjasama menarik jala dan gerakan orang nenanam padi. Tarian ini menggambarkan semangat gotong royong masyarakat Aceh dalam usaha mata pencaharian hidup mereka, baik sebagai nelayan maupun petani. Meusaree-saree merupakan hasil penggabungan dari dua jenis tarian, yaitu Tari Top Pade dan Tari Tarek Pikat. Dua tarian tersebut bisa dipentaskan secara terpisah karena sebenarnya dua jenis tarian itu berdiri sendiri-sendiri. Penggabungan kedua tarian ini berdasarkan kesamaan makna, yaitu semangat gotong royong dan sama-sama menceritakan kegiatan masyarakat Aceh pada data bekerja.

Tari Tarek Pukat menggambarkan aktivitas para nelayan yang menangkap ikan di laut. Tarek berarti “tarik”, sedangka pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan. Tarian ini menggambarkan kehidupan para nelayan di pesisir termasuk membuat jaring dan mendayung perahu. Karakter gerakan tarian ini adalah dinamis dan ceria dengan irigan alat musik tradisional. Sedangkan Tari Top Pade merupakan gambarana mata pencaharian masyarakat agraris di Aceh. Gerakan-gerakan tarian pada bagian Top Pade menggambarkan gerakan orang sedang menumbuk padi. Gerakan ini diperankan oleh laki-laki. Sedangkan penari perempuan  bertindak seolah-olah menjadi alat yang digunakan yaitu alu. Para perempuan kemudian bergerak dengan gerakan seolah-olah sedang menampi padi.

Semangat gotong royong tergambar jelas dalama rangkaian gerakan pada tarian meusaree-saree. Misalnya, gerakan merajut jala diperankan oleh para penari. Dalam merajut jala tersebut, pada penari saling mengaitkan tali dan akhirnya membentuk kotak-kotak jaring. Begitu pula dengan gerakan para penari laki-laki, mereka bergerak kesana kemari yang menggambarkan pekerjaaan dilakukan secara bersama-sama.

Penari dalam tarian ini berjumlah 16 orang terdiri dari 8 penari perempuan dan 8 penari laki-laki. Sedangkan busana yang dikenakakan pada tarian ini adalah

  • Busana penari laki-laki: penari laki-laki mengenakan baju lengan panjang warna hitam, celana panjang hitam, serta topi laut, yaitu topi yang terbuat dari rotan atau bamboo yang dicat hitam. Ia juga membawa keranjang sebagai tempat ikan.
  • Busana penari perempuan: penari perempuan mengenakan selendang yang dililitkan di kepala. Selendang tersebut biasanya berwarna cerah, misalnya kuning keemasan dan berbagai warna cerah lainnya. Mereka juga mengenakan baju lengan panjang berwarna kuning, bisa kuning keemasan atau mereha keemasan. Penari perempuan juga mengenakan celana panjang warna hitam, baju berlengan panjang, dan kain sarung yang dililitkan di pinggang dengan posisi agak miring. Sebagai property para penari membawa seutas tali panjang yang dibentuk seperti jalan.

Pertunjukan Tari Meusaree-saree dibagi menjadi dua bagian yang ditampilkan secara berurutan dalam pementasan. Bagian pertama adalah tarian Top Pade yang dilanjutkan dengan tarek pukat. Gerakan-gerakan dalam tari Top Pade menggambarkan kegiatan menumbuk padi dan kegiatan mengolah hasil panen padi sedangkan pada tarian tarek pukat menggambarkan orang-orang sedang menangkap ikan.

Gerakan tari Top Pade

Tarian dimulai dengan iringan lagu Top Pade. Bersamaan dengan alunan lagi itu para penari, baik laki-laki dan perempuan masuk dari arah kiri da kanan panggung. Di atas panggung para penari kemudian membentuk dua banjar barisan dengan komposisi barisan 4-4 atau 4-3 dalam beberapa variasi. Setelah itu, para penari membantuk kompisisi 5-3. Pada komposisi ini, para penari laki-laki duduk berlutut dengan gerakan seperti orang yang sedang menanam padi. Sedangkan para penari perempuan seolah-olah berperan sebagai alu yang digunakan untuk menanam padi. Pada akhir lagu Top Pade para penari laki-laki keluar pentas melalui sisi kanan panggung. Sementara para penari perempuan tetap bertahan di atas panggung untuk bersiap memainkan tari tarek pukat

Gerakan Tari Tarek Pukat

Seorang penari laki-laki masuk ke pementasan kemudian berteriak seolah-olah memanggil teman-temannya untuk turun ke laut. Bagian ini mengawali bagian kedua dari rangkaian tarian Meusaree-saree, yaitu tarek pukat. Tarian ini diiringi lagu tarek pukat. Bersamaan dengan iringan lagu ini para penari kemudian bergerak dari kiri ke kanan seperti gerakan seorang yang membuat jala dengan cara mengaitkan tali ditubuh para penari, dari seorang penari kepada penari berikutnya. Kemudian para penari laki-laki mulai masuk ke atas panggung. Para penari laki-laki kemudian mengelilingi para penari perempuan yang masih dalam posisi duduk sambil membuat gerakan seperti mendayung, menarik pukat, menangkap ikan, dan berbagai gerakan lain yang menggambarkan orang yang sedang melaut. Menjelang lagu tarek pukat berakhir, para penari bergerak cepat mengikuti tempo lagu, kemudian secara serentak mereka memperlihatkan jala yang sudah selesai dirajut dalam posisi setengah berdiri. Mereka berjalan menyamping dan ke belakang. Pada waktu mereka melakukan gerakan itu, jala tetap terpegamg di tangan, para penari perempuan mengangkat dan menurunkan jala tersebut mengikuti irama lagu. Sementara itu, para penari laki-laki bergerak berputar-putar mengelilingi para penari perempuan.

Seluruh rangkaian tarian ini diakhiri dengan gerakan serentak. Para penari perempuan dengan posisi setengah jongkok mengembangkan jala dan di belakangnya, para penari laki-laki. Dengan posisi sambil berdiri berpegangan tangan sambil mengacungkan tangan ke atas Musik yang mengiringi pementasan tari Meusaree-saree mempunyai karakter riang dihasilkan dari alat musik pukul dan alat musik tiup. Alat musik pukul berupa rapai, yang mempunyai karekter keras dan suaranya yang menghentak. Karakter musik ini mendukung kesan riang dalam tarian ini. Peralatan musik tiup yang digunakan adalah serune kale, yaitu alat musik tiup berjenis aerophone, yang mempunyai karakter suara lembut dan mengalun yang dimaksudkan untuk mengimbangi bunyi rapai yang menghentak-hentak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jln. Transmigrasi, Gampong Bukit Meusara, Kec. Kota Jantho, Kab. Aceh Besar, 23911,, Aceh, Indonesia

Rektorat ISBI Aceh
Email : [email protected]
Telepon : +62 811-6891-581 (Call Center)
Fax : 0651-92023

Isi survei performa situs web

© 2022 Institut Seni Budaya Indonesia Aceh – Webmaster All Rights Reserved – Privacy and Copyright